Orang (Tetap) Menilai Buku Dari Covernya
Selasa, 20 September 2011 by gyakroh in

sebelum banyak yang salah paham lagi, ada baiknya saya beritahukan sekali lagi:

saya sama sekali tidak menentang pameo "don't judge book by its cover" saya 1000x sangat setuju dengan hal itu 
yang saya jelaskan dalam trit ini adalah bagaimana kita menyikapi kenyataan diluar yang ternyata masih banyak orang yang menilai kita dari luarnya saja, dengan berpenampilan sebagus mungkin (tentunya) sesuai karakter kita
jadi jangan salah persepsi dulu ya

Jika saya ingin membeli pensil, saya akan mencari dengan merek terbaik, dan yang paling sering saya lihat di televisi. Jika tidak ada, minimal saya akan membeli yang dibungkus dengan kover terbaik.

Jika saya membeli makanan, meskipun di pinggir jalan, saya akan usahakan warung tersebut kelihatan bersih.

Jika saya mencari cewek, saya akan cari yang cantik. Masalah kepribadian, itu nomor dua, yang penting cantik dulu.

Tanpa kita sadari, penampilan memang nomor satu 'kan?

Jika ibu saya beli sayur di pasar atau di tukang sayur, ia akan mencari sayur dengan penampilan terbaik.

Kenapa?

Simpel, penampilan pada umumnya merepresentasikan kualitas.

Anda pernah dengar ungkapan, "never judge a book by its cover?" Kita semua tahu arti dari ungkapan itu adalah, jangan nilai seseorang dari penampilannya.

Kenapa ada orang membuat ungkapan seperti itu?

Ya karena orang memang pada hakikatnya, secara insting, secara naluriah, menggunakan penampilan sebagai indikator penilaian pertama.

Lagipula, memang pada kenyataannya, orang yang penampilannya bagus adalah orang yang lebih peduli daripada orang dengan penampilan 'berantakan'. Orang yang bersih itu lebih baik daripada orang yang kotor(bersih dan kotor disini dalam artian fisik dan sikap kita).

Jika si orang kotor tak bisa mengurus dirinya sendiri, membersihkan dirinya sendiri, bagaimana bisa dia mengurus orang lain, mengurus tanggung jawab, dan segala hal lain yang besar?

Dalam hal kecil saja dia belum lulus, apalagi hal besar? Ya 'kan? Logika sederhana ini...

Itu alasan kenapa kebersihan sebagaian dari iman, karena kebersihan adalah apa yang dipandang orang. Itu adalah cover kita. Jaga itu, karena itu IMAN.

Jika kovernya bagus, akan lebih besar persentase bahwa isinya juga bagus. Jika kovernya jelek? Mungkin sih isinya bagus... tapi orang akan lebih malas untuk membukanya.

Apa Anda tahu, sabun yang paling banyak dijual bukan sabun yang paling banyak keunggulannya. Sabun yang paling banyak terjual adalah sabun yang bagus desain pembungkusnya dan mudah ditemukan di toko.

Meski Anda mempunyai sabun yang bisa menghidupkan orang mati, mungkin bakal sulit terjual jika baunya seperti tahi kucing, bungkusnya super duper jelek hingga tak terdeskripsikan oleh kata-kata.

Dan karena penampilan adalah yang dilihat orang pertama kali, maukah Anda mulai memperhatikan penampilan Anda sejak saat ini?

Mario Teguh, Tung Desem Waringin, Robert T. Kiyosaki, tak pernah menggunakan kaus oblong saat mulai mengajar di seminarnya. Segila apapun mereka.


Karena penampilan Anda, merepresentasikan diri Anda!

Jika Anda orang baik, jangan buat orang salah paham mengenai Anda dengan berpenampilan yang tidak sepantasnya. Buatlah orang mudah mengenali Anda dengan berpenampilan sesuai dengan karakter Anda.

So, apa yang akan Anda lakukan agar orang tak perlu REPOT bertanya mengenai karakter Anda?

Mandi dua kali sehari bahkan lebih mulai sekarang? Mencukur rambut gondrong Anda? Membunuh kutu di rambut Anda dengan shampo? Membuang sampah ke tempatnya?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan.”

Dan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Al Handhalliyah disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada para sahabatnya ketika mereka hendak mendatangi saudara mereka,

“Kalian akan mendatangi saudara-saudara kalian. Karenanya perbaikilah kendaraan kalian, dan pakailah pakaian yang bagus sehingga kalian menjadi seperti tahi lalat di tengah-tengah umat manusia. Sesungguhnya Allah tidak menyukai sesuatu yang buruk.” (HR. Abu Dawud dan Hakim)


sebelumnya maaf kalo ada kata-kata saya yang kurang berkenan, mungkin diantara kalian semua banyak yang ga setuju dengan pernyataan diatas.

yang saya sampaikan sebenarnya adalah persepsi salah "don't judge book by its cover" yang diterapkan pada diri kita sendiri,bukan penilaian kita pada orang lain.


kenapa kita selalu membandingkan pengemis, pemulung berhati baik dengan koruptor rapi berhati busuk, sesuatu perbandingan yang hampir tidak mungkin, apa semua pengemis dan pemulung berhati baik? apa semua pengusaha dan pejabat diatas sana berhati busuk? apa semua yang berpenampilan baik dan rapi hatinya busuk? apa yang berpenampilan acak2 dan amburadul itu selalu hatinya mulia?


Isi trit ini adalah tentang memandang pameo tersebut pada diri kita sendiri.Maksud saya disini, kita harus tetap menggunakan pameo tersebut saat kita menilai seseorang, tapi jangan kita berpikir "semua orang salah kalo menilai saya jelek karena penampilan saya jelek", itulah letak kesalahannya.Selama ini kita selalu berpatokan pada pameo itu dan malah kita cenderung mengabaikan penampilan kita dengan dalih persepsi pepatah tersebut.

Jadi yang ingin saya sampaikan disini terapkan pameo tersebut saat anda melihat orang lain, tapi jangan beralasan menggunakan pameo tersebut untuk mengabaikan penampilan anda sendiri.... itu salah

terima kasih atas pendapatnya  

Posting Komentar